Thursday, July 10, 2008

Menjadi Orang ’Kaya’

Begitu memasuki mobil mewahnya, seorang direktur bertanya pada sopirnya. ”Bagaimana kira-kira cuaca hari ini?” Sang sopir menjawab, ”Cuaca hari ini adalah cuaca yang sukai.” Merasa penasaran dengan jawaban tersebut, sang direktur bertanya lagi, ”Kenapa kamu bisa begitu?” Sang sopir mrnjawab, ”Begini Pak, saya sudah belajar kalau saya tidak selalu mendapatkan apa yang saya sukai. Karena itu, saya selalu menyukai apapun yang saya dapatkan.”

Jawaban singkat tadi merupakan wujud perasaan syukur. Syukur merupakan kualitas hati yang terpenting. Dengan bersyukur, kita akan senantiasa diliputi rasa damai, tentram, dan bahagia. Sebaliknya, perasaan tak bersyukur akan senantiasa membebani kita. Kita akan selalu merasa kurang dan tidak bahagia.

Ada 2 hal yang membuat kita tidak bersyukur. Pertama, kita sering memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan bukan pada apa yang kita miliki. Mari kita luruskan pengertian orang kaya. Orang yang kaya bukanlah orang yang memiliki segala hal, tetapi orang yang dapat menikmati apa pun yang mereka miliki.

Seorang ibu yang tetap berbahagia padahal ia sedang terapung di lautan karena kapalnya baru saja karam. Ketika ditanya kenapa demikian, ia menjawab, ”Saya mempunyai dua anak laki-laki. Yang satu meninggal sedang yang kedua hidup di tanah seberang. Kalau berhasil selamat saya sangat bahagia karena dapat berjumpa dengan anak kedua saya. Tetapi, kalau pun mati tenggelam, saya juga akan berbahagia karena insya Allah akan berjumpa dengan anak pertama saya di surga.”

Maka berbahagialah orang yang mampu menjaga hatinya untuk tetap dalam kesyukuran. Karena memang syukur, sebagaimana yang dipaparkan Syaikh Said Hawwa dalam Jalan Ruhani, adalah maqam (kedudukan) tertinggi seorang mukmin.{}

No comments: