Sunday, February 9, 2014

Efek Positif Langsung Saat Menghafal Al Quran Oleh Bobby Herwibowo

Allah swt. memiliki keluarga. AHLI AL QURAN adalah keluarga Allah Swt dan hamba-hamba pilihan & kesayangan-Nya (al hadits).

Mereka yg terbiasa dekat dgn Al Quran dgn cara MENGHAFAL, Mentadabburi, membaca dan mengamalkannya secara instan pasti akan menjadi manusia POSITIF dan meraih ridha Allah Swt.

Sebab orang yang akrab dengan Al Quran secara otomatis akan:
1. Berhenti Maksiat.
Ia akan merasa malu mengerjakan maksiat yang disengaja.

2. Akhlak Mulia.
Al Quran akan menghiasi hidupnya dengan keindahan perilaku.

3. Cinta Masjid.
Tempat yang palig digemari untuk menghafal tiada lain adalah masjid.

4. Disiplin & Tepat Waktu.
Butuh kedisiplinan ekstra bagi mereka yang mau menghafal Al Quran.

5. Tajam Pikiran.
Jarang ditemui mereka yang hafidz menjadi pikun & pelupa.

6. Sayang Al Quran.
Kemana-kemana buku yg dibawa dan dibaca olehnya adalah Al Quran, melebihi handphone & dompetnya.

7. Gemar Kebajikan.
Al Quran akan mendorongnya untuk banyak mengerjakan kebajikan.

Ayo, sobat... Segera tentukan jalanmu utk mulai menghafal Al Quran.
Inspirasi dari Ustadz Bobby Herwibowo

Sunday, January 12, 2014

Budi Ashari: “Siroh itu Sumber Inspirasi, Motivasi, Prediksi & Solusi”

Siroh nabawiyah atau sejarah kehidupan kenabian itu sarat mengandung hikmah. Dari sinilah kita harus mengambil pelajaran dalam mengarungi kehidupan. Inilah yang sedang digeluti Budi Ashari, Lc, Pembina Lembaga Parenting Nabawiyah ini.

“Al Quran itu sepertiganya adalah sejarah atau kisah umat terdahulu. Semua itu harus kita bisa ambil ibrahnya,” jelasnya. “Dan sejarah itu pasti berulang. Saya punya banyak bukti tentang hal ini,” ujar salah satu dari pendiri Lembaga Kajian dan Study Ilmu Peradaban Islam Cahaya Siroh.

Bicara soal sejarah, sebagian orang memandang sebelah mata. “Orang sering bilang, 'Ah, itu kan masa lampau tad. Sekarang kan zamannya beda.' Anggapan seperti bisa dipatahkan dengan empat kata kunci: solusi, inspirasi, motivasi dan prediksi,” ungkapnya saat menghadiri Milad ke-26 YDSF Surabaya pada awal April 2013 lalu.


Keempat aspek ini, lanjut ia, mampu membawa gambaran di masa lalu menjadi pelajaran penting di masa kini. “Dengan menggunakan empat aspek itu, sajarah seperti hidup kembali. Dan masa lalu akan terasa dekat. Bahkan sejarah seakan hidup di tengah kita. Dia menjadi penasihat paling bijak bagi kita,”  jelas alumnus Fakultas Hadits dan Studi Islam di Universitas Islam Madinah dengan predikat cumlaude ini.

Friday, January 10, 2014

Dr. Syafii Antonio: Karena Kita Mengidap ’Rabun Dekat’

Krisis terdahsyat yang kita alami adalah krisis keteladanan. Hampir di semua lini kehidupan kita sangat sulit menemukan sosok yang bisa kita jadikan panutan. Padahal kita punya teladan terbaik, Muhammad saw. Kalau begitu, apanya yang salah? Mungkinkah kita mencontoh perikehidupan nabi akhir zaman itu? Berikut petikan diskusi dengan pakar manajemen Dr. H. M. Syafii Antonio, M.Ec saat menghadiri Milad YDSF beberapa waktu lalu:


Mengapa kita mengalami krisis keteladanan?
Karena kita telah ’membelenggu’ Rasulullah Muhammad saw. dengan rantai besi di masjid dan mushalla saja. Selama ini, apa yang terjadi di pasar modal kita, di pasar uang kita, asuransi kita, perbankan kita ataupun bisnis kita sehari-hari tidak ada hubungan dengan Nabi saw. Nothing to do with Rasul. Jadi, kita ‘ikat’ Nabi di masjid saja.

Kita shalat di masjid sekitar 10 menit. Jika dikalikan lima, paling banter kita di masjid atau mushalla kurang lebih 1 jam. Sedangkan, aktivitas bisnis kita antara 8-10 jam per hari. Bahkan di kota-kota metropolitan bisa 15 jam.

Sepanjang itu, aktivitas kita yang meliputi marketing, periklanan, riset, ekspor, impor ataupun proses tender minim sekali uswatun hasanah Rasul terlibat.

Dalam buku Muhammad saw: The Super Leader, Super Manager, saya mendeskripsikan peran Rasul saw. menjadi 8 aspek: self development (pengembangan diri), pemimpin bisnis, pemimpin keluarga harmonis, pemimpin dakwah, pemimpin sosial-politik, pemimpin pendidikan holistik, pemimpin hukum, dan pemimpin militer.

Apa akibatnya?

Terjadilah paradoks dalam negeri ini.
- Negeri ini kaya akan sumber alam tapi masyarakatnya miskin.
- Indonesia negara muslim terbesar di dunia tapi inna lillahi korupsinya termasuk tertinggi di dunia.
- Kita punya banyak pondok pesantren tapi pornografi ada dimana-mana.
- Tanah negeri ini subur tapi banyak yang kelaparan.
- Banyak pengajian dan majelis taklim, tapi disiplinnya amburadul.


Thursday, January 9, 2014

Syekh Wael Alzard: “Bukan Siapa Pemimpinnya, Tapi Sudahkah Kita Menyiapkannya?”

“Kita harus memberi perhatian lebih kepada generasi muda. Agar mereka sibuk dengan kebaikan dan ilmu. Supaya kejayaan Islam di masa mendatang mampu kita raih. Jika tidak, maka jangan menyesal bila kebanyakan remaja menghabiskan masa tumbuh-kembangnya dalam kemunkaran atau dalam perkara yang sia-sia. Tentu ini merugikan kita sebagai umat yang memikul amanah risalah perjuangan Rasulullah saw.”

Itulah pesan yang gaungkan Dr. Wael Muhyiddin Sayyid Al Zard, dosen bidang hadits di Universitas Islam Gaza. Ia hadir di Indonesia atas prakrasa Sahabat Al Aqsha (SA), sebuah LSM Indonesia yang menggalang kepedulian terhadap bangsa Palestina.


Selama di safari Ramadhan di Indonesia, ia banyak memberi kuliah umum pentingnya membina pemuda. Dalam pengalaman sejarah, sering kali pemuda berada di garis depan perjuangan. Sebut saja Mush'ab bin Umair ra, pemuda Mekkah yang pertama kali diutus Rasulullah saw. berdakwah ke Madinah.

Wael mengingatkan muslim Indonesia untuk lebih aktif berdakwah dan membina generasi muda. Ia merasa muslim Indonesia kurang aktif berdakwah. “Saya lihat di pasar, di jalan, atau di pusat keramaian masih banyak wanita yang tidak menutup aurat dengan baik. Banyak pula pemuda yang kurang peduli aktivitas agama,” jelas imam Masjid An Nur Gaza ini.

Suatu kali, pemilik situs www.waelalzard.com ini pernah mencari tukang cukur di Surabaya. Seorang panitia dari SA mendampingi sekaligus penerjemah. Karena mendekati hari raya, ia sulit menemukan tukang cukur. Sampai akhirnya ia masuk ke sebuah salon. Hanya ada satu hair styler, seorang pria muda.

Saat dilayani, Wael memperhatikan karyawan salon itu dengan seksama. Mata Wael tertuju pada sebuah anting yang menancap di salah satu telinga sang hair styler. Wael menyempatkan ngobrol selepas cukur.

“Apakah Anda muslim?” tanya Wael. Pemuda itu mengiyakan. “Apakah Anda rutin shalat lima waktu dan berpuasa?” Pemuda itu mengakui kalau shalat dan puasanya acap kali tidak penuh. Lantas Wael mengatakan, “Bagaimana Anda bisa membebaskan Masjid Al Aqsha kalau Anda ikut-ikutan gaya hidup Barat? Sebagai pemuda muslim, Anda harus punya cita-cita yang tinggi. Masjid Al Aqsha sedang menunggu peran pemuda seperti Anda agar bebas dari penjajahan Israel.”

Dalam setiap kesempatan, Wael selalu menekankan pentingnya berdakwah bagi setiap muslim. “Di Gaza, kami tak segan-segan berdakwah langsung di masyarakat. Kami biasa membina pemuda di taman kota, di pasar, di tempat olah raga, dan bahkan di pantai. Dimana ada keramaian, di sana para ulama membina,” ungkap ketua lembaga sosial yang membantu proses pernikahan para pemuda Gaza yang sibuk berjihad.

Suatu kali ia ditanya tentang konsep perjuangan umat. “Bagaimana kita mampu melawan musuh sedangkan umat Islam tak punya satu pemimpin yang bisa mempersatukan seperti halnya Rasul saw?” tanya seorang peserta saat diskusi di Ponpes Hidayatullah Surabaya.

Wael menyatakan pentingnya pembinaan dalam meniti sebuah perjuangan. “Yang terpenting bukanlah siapa pemimpinnya. Tapi bagaimana kita mempersiapkan generasi pemimpin itu. Itulah mengapa saya selalu mengingatkan agar kita punya perhatian khusus pada pemuda dan remaja. Kalau kita sibuk mencari pemimpin, bisa-bisa kita terlupa tidak mempersiapkan calon pemimpin itu,” pungkasnya.

Pemuda adalah salah satu unsur penting dalam Islam. Bahkan, ia punya keistimewaan dalam perannya membangun umat ini. Dalam pengalaman sejarah, sering kali pemuda berada di garis depan perjuangan. Para remaja dan pemuda-lah yang banyak terjun ke medan perang, baik perang secara militer, perang peradaban perang pemikiran, maupun perang kebudayaan.

Sebut saja Mush'ab bin Umair ra, seorang pemuda Mekkah yang diutus Rasulullah Muhammad saw. pertama kali berdakwah ke Madinah. Ia adalah contoh remaja yang mendapat tugas secara khusus membuka lahan dakwah ke Madinah. Adalah Mush'ab-lah dai pertama yang diperintah Nabi saw. memperkenalkan Islam ke penduduk Madinah sebelum beliau hijrah.

Sangatlah berbeda hasil didikan dakwah yang bermula sejak muda dengan yang sudah lebih tua. Sampai-sampai Rasulullah saw. berani memberi kabar gembira kepada tujuh golongan yang akan mendapat perlindungan khusus saat huru-hara kiamat. Salah satu golongan itu adalah pemuda yang dalam masa tumbuh-kembangnya senantiasa dalam keadaan beribadah.

Thursday, January 2, 2014

Allah Tak Ciptakan Kemiskinan, Kita-lah yang Menyebabkannya

Isi titik-titik di bawah ini. Silakan dijawab dengan jujur di dalam hati kita masing-masing:

1. Allah menciptakan TERTAWA dan ...
2. Allah itu MEMATIKAN dan ...
3. Allah menciptakan LAKI-LAKI dan ...
4. Allah memberikan KEKAYAAN dan ......

Mayoritas kita akan menjawab:

1. MENANGIS
2. MENGHIDUPKAN
3. PEREMPUAN
4. KEMISKINAN

Benar tidak ???

Untuk mengetahui apakah jawaban di atas itu benar atau tidak, mari kita cocokkan jawaban tersebut dengan rangkaian firman Allah SWT dalam surat An-Najm (53), ayat: 43-45, dan 48, sebagai berikut:

وَأَنَّهُ هُوَ أَضْحَكَ وَأَبْكَى

"dan Dia-lah yang menjadikan orang TERTAWA dan MENANGIS." (QS. 53:43).

وَأَنَّهُ هُوَ أَمَاتَ وَأَحْيَا

"dan Dia-lah yang MEMATIKAN dan MENGHIDUPKAN." (QS. 53:44).

وَأَنَّهُ خَلَقَ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالْأُنثَى

"dan Dia-lah yang menciptakan berpasang-pasangan LAKI-LAKI dan PEREMPUAN. " (QS. 53:45).

وَأَنَّهُ هُوَ أَغْنَى وَأَقْنَى

"dan Dia-lah yang memberikan KEKAYAAN dan KECUKUPAN." (QS. 53:48).

Ternyata jawaban kita umumnya BENAR hanya pada no. 1-3.
Tapi,
Jawaban kita untuk no. 4 umumnya KELIRU.

Jawaban Allah Ta'ala dalam Al-Qur'an bukan KEMISKINAN, tapi KECUKUPAN.(kebarokahan)

Subhanallah..

Sesungguhnya Allah Ta'ala hanya memberi KEKAYAAN dan KECUKUPAN kepada hamba-Nya.

Dan ternyata yang "menciptakan" KEMISKINAN adalah diri kita sendiri. Hal ini bisa karena ketidakadilan ekonomi, kemalasan, bisa juga karena kemiskinan itu kita bentuk di dalam pola pikir kita sendiri. Itulah hakikatnya, mengapa orang-orang yg senantiasa bersyukur; walaupun hidup pas-pasan ia akan tetap tersenyum dan merasa cukup, bukan merasa miskin.

Jadi, marilah kita bangun rasa keberlimpahan dan kecukupan didalam hati dan pikiran kita, agar kita menjadi hamba-Nya yg selalu BERSYUKUR.