Monday, June 8, 2020

Apa yang kita Cari: Upah atau Kecukupan, Hikmah Dari Halimah Ibu Susu Nabi saw


Mungkin kita sudah paham dengan kisah ini. Sejak di TPQ dulu sering dengar kisah ini penuturan dari ustadz/ah kita.Tapi kisah luar biasa ini sangat inspiratif & penuh hikmah.Awalnya Halimah As Sadiyah mencari bayi kota dari keluarga kaya demi upah yang besar. Sangat wajar, siapa pun pasti ingin bekerja dengan upah yang besar.
Setelah keliling kota Mekah,tak ada bayi yang dia dapat. Yang ada hanya bayi anak yatim. Siapa pula yang mau menerima anak yatim. Jelas beda dukungan (baca; upah) dari keluarga bayi yatim dibandingkan bayi lainnya yg masih ditopang ayahnya.
Kawan-kawan Halimah tak mau menerima bayi yatim itu.Menyisakan Halimah yang tak kunjung dapat 'costumer.'
Lalu, ia & suaminya bersepakat mengubah niatnya.Memperbarui niat: terima bayi yatim dengan harapan peroleh keberkahan. Bukan lagi orientasi upah..
Kita coba urai dg pola BEFORE dan AFTER, agar mudah lebih dicerna.

Saturday, July 8, 2017

Ugi Suharto (Dosen Ahlia University, Bahrain) | “Jangan Remehkan Potensi Muslim, Walau Hanya Nama”

Setiap jengkal bumi Islam dan setiap potensi yang ada dalam diri setiap muslim harus mampu dimanfaatkan. Itulah pesan Dr. Ugi Suharto, pakar peradaban & pemikiran Islam. Ini ia sampaikan dalam diskusi yang dihelat Institut Pemikiran & Peradaban Islam Surabaya (INPAS) dan Majelis Intelektual & Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Jawa Timur pada Syawal 1434 H lalu di Surabaya.

Kedatangannya ini bersamaam mudik lebaran. Saat ini, Ugi menetap di luar negeri. Ia mengajar Ahlia University, Bahrain sebagai associate professor serta International Islamic University Malaysia (IIUM).


Meski punya spesialisasi ekonomi syariah, Ugi juga dikenal sebagai dosen lintas sektoral. Ia sering menjadi narasumber diskusi peradaban & pemikiran. Ia menguasai bahasa Arab, Inggris, Perancis, Jerman, Persia dan juga sedang mempelajari bahasa Latin kuno.
 
Ia mengingatkan para dai bahwa seorang muslim yang hanya menyisakan nama pun masih menyimpan potensi. Walaupun dia telah banyak meninggalkan syiar Islam, tetap saja seorang muslim masih punya potensi membangun Islam, ungkap pria yang menempuh S1 hingga S3 di IIUM ini.