Siroh nabawiyah atau sejarah kehidupan kenabian itu sarat mengandung
hikmah. Dari sinilah kita harus mengambil pelajaran dalam mengarungi
kehidupan. Inilah yang sedang digeluti Budi Ashari, Lc, Pembina Lembaga
Parenting Nabawiyah ini.
“Al Quran itu sepertiganya adalah
sejarah atau kisah umat terdahulu. Semua itu harus kita bisa ambil
ibrahnya,” jelasnya. “Dan sejarah itu pasti berulang. Saya punya banyak
bukti tentang hal ini,” ujar salah satu dari pendiri Lembaga Kajian dan
Study Ilmu Peradaban Islam Cahaya Siroh.
Bicara soal sejarah,
sebagian orang memandang sebelah mata. “Orang sering bilang, 'Ah, itu
kan masa lampau tad. Sekarang kan zamannya beda.' Anggapan seperti bisa
dipatahkan dengan empat kata kunci: solusi, inspirasi, motivasi dan
prediksi,” ungkapnya saat menghadiri Milad ke-26 YDSF Surabaya pada awal
April 2013 lalu.
Keempat aspek ini, lanjut ia, mampu membawa
gambaran di masa lalu menjadi pelajaran penting di masa kini. “Dengan
menggunakan empat aspek itu, sajarah seperti hidup kembali. Dan masa
lalu akan terasa dekat. Bahkan sejarah seakan hidup di tengah kita. Dia
menjadi penasihat paling bijak bagi kita,” jelas alumnus Fakultas
Hadits dan Studi Islam di Universitas Islam Madinah dengan predikat
cumlaude ini.
Budi mengajak keluarga muslim lebih banyak
mempelajari sejarah para ilmuwan/pemikir Islam. “Otak kita ini seperti
dibelah sekulerisme. Kalau belajar psikologi, pendidikan, ekonomi,
sosiologi, astronomi, dan lainnya kita ambil dari Barat. Hanya untuk
fiqih, baru ambil di Islam. Padahal semua ilmu itu ada inspirasinya dari
para pemikir Islam,” ungkap pengasuh acara Khalifah di Trans 7 setiap
Sabtu pagi ini.
Islam telah menawarkan keabadian konsep &
ilmu. “Seabadi Al Quran, seabadi pribadi Rasulullah saw. Seabadi
kebesaran sejarah Islam. Semua sepakat bahwa beliau manusia mulia yang
melahirkan keluarga mulia dan generasi yang mulia. Manusia hebat yang
melahirkan keluarga dan generasi yang hebat pula,” papar pria kelahiran
Tulungagung, 17 April 1975 ini.
Karena itu, Budi bersama beberapa
rekan sepakat menggali hikmah dalam siroh ke bidang parenting
(keluarga) dan pendidikan. “Banyak yang menulis tentang parenting.
Berbagai macam bimbingan dan kelas parenting pun bermunculan. Meraka
yang disemati gelar sebagi ayah dan bunda parenting pun membuat
kelas-kelas parenting. Bahkan Yahudi dan Kristen pun membuat kelas
parenting, tentu dengan sudut pandang mereka,” tukas penulis tetap di
situs parentingnabawiyah.com ini.
“Berbagai
konsep ditawarkan. Seiring dengan keluarga yang memerlukan bimbingan.
Seiring dengan banyaknya kegagalan rumah tangga. Sejalan dengan tidak
sesuainya harapan orang tua terhadap anak-anak mereka. Sejalan dengan
semakin mandulnya para pendidik melahirkan generasi idaman,” kata
penulis buku Penyiapan Masa Baligh, Remaja antara Hijaz dan Amerika ini.
“Mengapa
kita tidak memunculkan konsep keluarga yang diusung orang yang mulia.
Yang selalu menyesuaikan antara konsep dan aplikasinya dalam rumah
tangganya sendiri,” tandasnya. “Mengapa tidak kita bangkitkan kembali
keluarga yang terbukti telah menghasilkan para pemimpin bumi, pilar
peradaban yang membawa cahaya. Bahkan yang dikagumi kawan maupun lawan,”
terangnya.
Ia memberi contoh bagaimana Rasul saw cara mendidik
Ibnu Abbas ra. Sambil membonceng di atas unta, Rasul saw. berkata
kepadanya,”“Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa
kalimat, 'Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjaga kamu. Jagalah Allah,
niscaya kamu akan mendapati Dia di hadapanmu. Jika kamu minta, mintalah
kepada Allah. Jika kamu minta tolong, mintalah tolong juga kepada Allah.
Ketahuilah, sekiranya semua umat berkumpul untuk memberikan kepadamu
sesuatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa
yang sudah Allah tetapkan untuk dirimu. Sekiranya mereka pun berkumpul
untuk melakukan sesuatu yang membahayakan kamu, niscaya tidak akan
membahayakan kamu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu.
Pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering'” (HR.
Tirmidzi).
“Usia Ibnu Abbas saat itu sekitar 10-11 tahun. Tapi
dia sudah mendapat pelajaran sedemikian rupa. Mari perhatikan kalimat
Nabi. Kalimatnya berbobot. Namun disampaikan dalam suasana yang rileks,
sambil naik kendaraan. Coba bayangkan anak-anak kita yang seusia saat
mendengar kalimat di atas. Mungkin lebih banyak bengongnya sambil
nyeletuk, 'Pak Guru ngomong apa sih? Allah kok dijaga,'” tuturnya sambil
tersenyum.
“Padahal Ibnu Abbas masih belia saat itu. Artinya,
tak ada beda dengan anak-anak kita. Tapi Ibnu Abbas dididik secara
intensif. Bahkan dia menjadi penasihat kepala negara saat Umar bin
Khattab ra. Kira-kira usianya masih 15-16 tahun. Inilah salah satu model
pendidikan Islam yaitu hemat umur,” beber pendiri Kuttab Al Fatih,
sebuah institusi pendidikan anak usia 5-12 tahun yang terinspirasi dari
bentuk sekolah era Khalifah Abu Bakar ra.
Pendidikan di masa
silam, sambung ia, menghasilkan tokoh-tokoh yang hafal Al Quran di usia
anak-anak. Imam Syafii hafal Al Quran usia 7 tahun, juga Imam Ath
Thabari, Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, Umar bin Abdul Aziz, dll.
“Runyamnya,
anak-anak kita masih bingung mau ngapain waktu lulus kuliah. Bingung
mau kerja apa, bingung mau nikah padahal belum kerja. Bingung juga mau
kuliah pascasarjana tapi nggak punya biaya. Padahal usia sudah sangat
dewasa masak masih mengandalkan orang tua. Mungkin ini karena anak-anak
kita terlalu banyak bermain ya,” pungkasnya sambil tersenyum.{}
Biodata Budi Ashari, Lc
Lelaki
berkaca mata yang wajahnya hari-hari belakangan ini sering menghiasi
acara Khalifah Trans 7 Setiap Sabtu dan Ahad pukul 06.00 pagi adalah
ayah dari empat orang anak. Lahir di Tulungagung, 17 April 1975. Cerdas
adalah kesan yang akan di dapat oleh setiap orang yang mendengar
kajiannya. Wajarlah kalau ia menjadi salah satu lulusan terbaik dengan
predikat cumlaude dari Fakultas Hadits dan Studi Islam di Universitas
Islam Madinah, Saudi Arabia. Majalah Ghoib, Sinetron Astaghfirullah (SCTV) dan reality show Kehebatan Ruqyah (Lativi) adalah beberapa sentuhan produk yang dibidaninya.
Salah
satu pendiri yayasan Cahaya Siroh dan direktur Lembaga Kajian dan Study
Ilmu Peradaban Islam Cahaya Siroh ini memiliki obsesi besar untuk
menghadirkan berbagai kurikullum pendidikan yang dapat mengembalikan
peradaban Islam. Bersama Muhamimin Iqbal yang merupakan praktisi bisnis
sekaligus pemilik geraidinar.com membangun Kuttab sebuah institusi
pendidikan untuk anak-anak usia 5 - 12 tahun. Sebuah institusi yang
terinspirasi dari sejarah pemerintahan Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq. Ketika Hidup Selalu Terasa Sial dan Inspirasi Dari Rumah Cahaya, Kemanakah Ku Labuhkan Hati Ini?, Penyiapan Masa Baligh : Remaja antara Hijaz dan Amerika adalah empat buah buku yang di hasilkan dari kegemarannya menulis.
Ia
pun menjadi salah satu inspirator, pendiri dan penulis rutin website
cahayasiroh.com dan parentingnabawiyah.com. Dengan motto hidup "Jangan
pernah beristirahat sebelum sebelah kaki kita menginjak di surga", kita
akan merasakan kiprahnya dalam menghadirkan berbagai informasi dan
ulasan tentang kedahsyatan kehidupan generasi Rasulullah Shollallaahu
‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya dalam membangun peradaban Islam di
pentas dunia.{}
1 comment:
Assalaamualaykum wr.wb.
Afwan, kenalkan saya Innes M.A.
saya tertarik melihat tulisan mas oki di blog ini.
Apakah di Surabaya ada tempat untuk berbagi ilmu agama seperti majelis ta'lim atau kajian-kajian Islami?
Jika ada..mohon infokan ya..Saya orang Bandung dan baru kerja di Surabaya.
Saya ingin belajar banyak tentang ilmu agama disini.
Jazakallah.
Waalaykumsalam wr.wb.
Post a Comment