Tuesday, December 17, 2013

Makin Rapi Shaf, Makin Dekat Rahmat & Pertolongan Allah

Islam adalah agama yang sangat memperhatikan kedisiplinan dan keteraturan hidup. Hal ini tercermin dari pelaksanaan shalat berjamaah. Pengaturan shaf shalat punya makna akan kerapian yang cermat. Bahkan penanaman nilai-nilai yang terkandung di dalamnya melebihi kerapian dan kedisiplinan militer.

Seperti layaknya upacara kemiliteran, seorang imam bertanggung jawab memeriksa barisan atau shaf makmumnya. Jika komandan upacara menginspeksi pasukan sebelum upacara dimulai, demikian pula seorang imam. Ia harus menata dan merapikan shaf jamaahnya sebelum takbiratul ikram. Rasulullah Muhammad saw. bersabda, “Ratakan (rapat & lurus) shaf kalian, sebab meratakan shaf adalah termasuk kesempurnaan shalat” (HR. Bukhari-Muslim). Jadi tidak sempurna shalat jamaah kita jika tidak rapi shafnya.  

Selain itu, imam tidak cukup hanya berkata luruskan dan rapatkan shaf lantas memulai shalat sedangkan shaf makmumnya masih belum rapi. Imam juga harus memberi pengarahan dan perhatian khusus kepada makmum yang belum sempurna posisinya. Berikut ini beberapa panduan mengatur kerapian shaf bagi imam dan makmum berdasar tuntunan Rasulullah saw.:

1. Sebelum memulai shalat, hendaknya imam memeriksa dan mengatur shaf makmum hingga benar-benar rapi.
Nu’man bin Basyir ra berkata, “Rasulullah saw. meratakan shaf kami sebagaimana meratakan anak-anak panah. Sehingga beliau merasa bahwa kami telah memenuhi perintahnya itu dan benar-benar mengerti. Tiba-tiba suatu hari beliau menghadapkan wajahnya kepada kami dan melihat ada seseorang yang menonjolkan dadanya ke depan, maka Nabi saw. bersabda, “Hendaklah kamu meratakan shafmu atau kalau tidak maka Allah akan memperlainkan-lain wajahmu semua (akan selalu dalam perselisihan dan sengketa)! (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Nasai, Ibnu Majah, & Turmudzi).  

2. Makmum dianjurkan mengisi shaf terdepan.
Nabi saw. bersabda, “Andaikata manusia tahu pahala yang tersedia untuk memenuhi panggilan azan serta shaf pertama, kemudian orang-orang itu tidak dapat memperolehnya kecuali dengan jalan undian, niscaya mereka akan merebutnya walau dengan cara undian itu” (HR. Bukhari ).    

3. Makmum memulai shaf dari tengah (persis di bekalang imam) lalu berurutan ke kanan, baru kemudian mengisi barisan di sisi kiri.
Nabi saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya memberi rahmat serta mendoakan supaya diberi rahmat bagi orang-orang yang shalat di yang sebelah kanan” (HR. Abu Daud & Ibnu Majah dari Aisyah ra). Meski sebelah kanan harus dipenuhi dahulu, hendaknya posisi sang imam tetap di tengah. Nabi saw. bersabda, “Tempatkanlah imam itu di tengah dan penuhilah sela-sela shaf” (HR. Abu Daud dari Abu Hurairah ra). Meskipun secara sanad hadits ini dinyatakan lemah, namun secara makna dan isi benar, karena sesuai dengan kesimpulan yang didapat dari sekumpulan hadits shahih terkait.
4. Hendaknya makmum tidak membuat shaf baru sebelum shaf di depannya terpenuhi.
Di suatu hari ketika hendak memulai shalat berjamaah, Nabi saw. bersabda, “Tidakkah kalian ingin berbaris sebagaimana halnya malaikat di hadapan Allah?” Para sahabat bertanya, “Bagaimana cara malaikat berbaris di hadapan Allah?” Nabi saw. menjawab, “Mereka menyempurnakan dulu shaf pertama serta merapatkannya benar-benar” (HR. Jamaah dari Jabir bin Samurah ra).

5. Makmum mengisi atau menyambung shaf di depannya yang masih kosong/putus.
Nabi saw. bersabda, “Barang siapa menyambung shaf, maka hubungannya akan disambung pula oleh Allah. Dan barang siapa yang memutuskan shaf, maka hubungannya akan diputuskan pula oleh Allah” (HR. Nasai, Hakim, Ibnu Kuzaimah dari Ibnu Umar ra).

6. Meluruskan dan merapatkan shaf hingga dada atau bagian tubuh seseorang tidak lebih maju/mundur atau tak ada celah di antara orang yang ada di sisinya.
Hendaknya makmum mendekat satu sama lain hingga bahu dan kaki saling menempel. Janganlah terpaku pada alas shalat atau sajadah hingga ada celah. Nabi saw. bersabda, “Ratakan shafmu, rapatkan bahu-bahumu, lunakkan tangan berdampingan dengan saudara-saudaramu dan tutupilah sela-sela shaf itu. Karena sesungguhnya setan itu memasuki sela-sela itu tak ubahnya bagai anak kambing” (HR. Ahmad & Thabrani dari Abu Umamah).

Semua ini menunjukkan bahwa merapikan shaf memiliki kedudukan penting dalam mendirikan, membaguskan, dan menyempurnakan shalat. Kerapian shaf mengandung keutamaan, pahala, menghimpun, dan menyatukan hati kaum muslimin. Dan pertolongan Allah swt. pun akan niscaya semakin dekat.(oq, dari berbagai sumber)




No comments: